BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Tromboflebitis
adalah peradangan dan pembekuan dalam pembuluh darah. Tromboflebitis
berarti bahwa gumpalan darah telah terbentuk dalam vena dekat dengan
kulit. Mungkin juga ada infeksi pada pembuluh darah. Tromboflebitis
biasanya terdapat di vena kaki atau lengan. Dengan hati-hati, masalah
ini harus diselesaikan sampai dalam waktu 2 sampai 3 minggu.
Tromboflebitis paling sering mempengaruhi vena superfisial di kaki,
tetapi dapat juga mempengaruhi vena superfisial di paha. Sering
kali, tromboflebitis terjadi pada orang dengan varises, namun
kebanyakan orang dengan varises tidak mengembangkan tromboflebitis.
Tromboflebitis
melibatkan reaksi inflamasi akut yang menyebabkan trombus untuk tetap
pada dinding pembuluh darah dan mengurangi kemungkinan thrombus hilang.
Tidak seperti dalam vena, vena superfisial tidak memiliki otot-otot
sekitarnya untuk menekan dan mengusir trombus. Karena ini,
tromboflebitis superfisialis jarang menyebabkan emboli. Tromboflebitis
yang berulang kali terjadi di vena yang normal disebut bermigrasi
radang pembuluh darah atau migrasi tromboflebitis. Ini mungkin
menunjukkan kelainan yang mendasari serius, seperti kanker dari organ
internal.
Tromboflebitis
dapat disebabkan oleh infeksi atau cedera vena. Penyebab lainnya
mungkin tidak bergerak cukup cepat setelah pembedahan atau beristirahat
di tempat tidur untuk waktu yang lama, mungkin mengenakan gips,
merokok, minum pil KB, obat-obatan mungkin melukai dinding pembuluh
darah dan menyebabkan tromboflebitis. Penyebab lainnya mungkin varises,
kehamilan, atau iritasi dari infus di pembuluh darah/ menggunakan
intravena (IV) line, atau setelah trauma pada vena. Ini melibatkan
respons peradangan berhubungan dengan gumpalan di pembuluh darah.
Resiko
yang menyebabkan kecenderungan peningkatan pembekuan darah, infeksi,
atau saat terakhir kehamilan, varises, dan kimia atau iritasi lainnya
dari daerah. Berkepanjangan duduk, berdiri, atau imobilisasi
meningkatkan risiko. Dangkal tromboflebitis mungkin kadang-kadang
dikaitkan dengan kanker perut (seperti karsinoma pankreas), deep vein
thrombosis, thromboangiitis obliterans, dan (jarang) dengan embolus
paru.
Sakit
dan pembengkakan lokal berkembang dengan cepat, kulit di atas vena
menjadi merah, dan hangat dan sangat keras. Karena darah di vena yang
beku, pembuluh darah terasa seperti tali yang keras di bawah kulit,
tidak lembut seperti normal atau varises vena.
Paling
sering, tromboflebitis berkurang dengan sendirinya. Dengan analgesik,
seperti aspirin atau yang lain non-steroid anti-inflamasi (NSAID),
biasanya membantu mengurangi rasa sakit. Meskipun umumnya peradangan
reda dalam hitungan hari, beberapa minggu dapat dilalui sebelum
gumpalan dan kelembutan mereda sepenuhnya. Untuk memberikan bantuan
awal, dokter mungkin menyuntikkan bius lokal, menghilangkan trombus,
dan kemudian diperban kompresi, dipakai selama beberapa hari.
1.2. Tujuan
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk :
1. Mempelajari pengertian, penyebab, tanda dan gejala, patofisiologi, maupun komplikasi sampai cara pengobatan tromboflebitis
2. Mempelajari pembuatan Laporan Pendahuluan dan Asuhan keperawatan untuk pasien dengan diagnosis tromboflebitis.
3. Memahami penanganan managemen medis tromboflebitis
1.3. Manfaat
Penyusun mengharapkan makalah ini bermanfaat :
- Bagi
mahasiswa agar sebagai perawat nantinya bisa mengaplikasikan ilmu
tersebut atau menerapkannya dalam memberikan asuhan keperawatan pada
pasien tromboplebitis dengan baik dan benar.
- Bagi para pembaca, sebagai bahan bacaan dan referensi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Tromboflebitis
A. Pengertian
Tromboflebitis
is phlebitis (vein inflammation) related to a thrombus.When it occurs
repeatedly in different locations, it is known as "Tromboflebitis
migrans" or "migrating tromboflebitis".
Flebitis Superfisialis (Tromboflebitis) adalah peradangan dan pembekuan darah di dalam suatu vena superfisial (vena permukaan).
Tromflebitis superficialis (jempol kaki)
Tromboflebitis
adalah peradangan dinding vena dan biasanya disertai pembentukan bekuan
darah (thrombus). Ketika pertama kali terjadi bekuan pada vena akibat
statis atau hiperkoagulabilitas, tanpa disertai peradangan maka proses
ini dinamakan flebotrombosis. (Smeltzer, 2001).
Tromboflebitis merupakan inflamasi permukaan pembuluh darah disertai pembentukan pembekuan darah. Bekuan
darah dapat terjadi di permukaan atau di dalam vena. Tromboflebitis
cenderung terjadi pada periode pasca partum pada saat kemampuan
penggumpalan darah meningkat akibat peningkatan fibrinogen; dilatasi
vena ekstremitas bagian bawah disebabkan oleh tekanan kepala janin
kerena kehamilan dan persalinan; dan aktifitas pada periode tersebut
yang menyebabkan penimbunan, statis dan membekukan darah pada
ekstremitas bagian bawah.
Trombosis Vena
Flebitis
dapat terjadi di setiap vena tubuh, tetapi paling sering ditemukan di
vena tungkai. Biasanya flebitis terjadi pada penderita varises (vena
varikosa), tetapi tidak semua penderita varises mengalami flebitis.
Flebitis superfisialis menyebabkan reaksi peradangan akut yang
menyebabkan trombus melekat dengan kuat ke dinding vena dan jarang
pecah dan terlepas. Vena permukaan tidak memiliki otot di sekitarnya
yang bisa menekan dan membebaskan suatu trombus. Karena itu flebitis
superfisialis jarang menyebabkan emboli.
Istilah
trombosis vena lebih sering diartikan sebagai suatu keadaan
penggumpalan darah yang terbentuk di dalam pembuluh darah, sedangkan
tromboflebitis diartikan sebagai inflamasi yang disertai dengan
pembentukan thrombus. Atau tromboflebitis dapat pula diartikan kondisi
dimana terbentuk bekuan dalam vena sekunder akibat inflamasi atau
trauma dinding vena atau karena obstruksi vena sebagian. Pembentukan
bekuan sehubungan dengan stasis aliran darah, abnormalitas dinding
pembuluh darah, gangguan mekanisme pembekuan.
- Klasifikasi
Tromboflebitis dibagi menjadi 2, yaitu:
a. Pelvio tromboflebitis
Pelvio
tromboflebitis mengenai vena-vena dinding uterus dan ligamentum latum,
yaitu vena ovarika, vena uterina dan vena hipograstika. Vena yang
paling sering terkena ialah vena ovarika dekstra karena infeksi pada
tempat implantasi plasenta yang terletak dibagian atas uterus; proses
biasanya unilateral. Perluasan infeksi dari vena ovarika sinistra ialah
ke vena renalis, sedangkan perluasan infeksi dari vena ovarika dekstra
ialah ke vena kava inferior. Peritonium selaput yang menutupi vena
ovarika dekstra dapat mengalami inflamasi dan dapat menyebabkan
perisalpingo-ooforitis dan periapendistits. Perluasan infeksi dari vena
uterina ialah ke vena iliaka komunis. Biasanya terjadi sekitar hari
ke-14 atau ke-15 pasca partum
b. Tromboflebitis Femoralis
Tromboflebitis
femoralis mengenai vena-vena pada tungkai, misalnya vena femarolis,
vena poplitea dan vena safena. Sering terjadi sekitar hari ke-10 pasca
partum.
Komplikasi
jarang terjadi, tapi ketika mereka terjadi mereka bisa serius.
Komplikasi yang paling serius terjadi ketika bekuan darah dislodges,
bepergian melalui hati dan occluding lebat jaringan kapiler paru-paru;
ini adalah emboli paru-paru dan sangat mengancam nyawa. Gangguan ini
berjalan secara cepat, dapat berlanjut menjadi emboli paru-paru yang
berkemampuan menjadi komplikasi fatal.
Keadaan-Keadaan Khusus Tromboflebitis
1. Flebitis Migrans
Suatu keadaan yang menyangkut reaksi menyeluruh dari system vena karena berbagai etiologi yang menimbulkan gangguan dari vena.
Penyakit-penyakit yang umumnya berkaitan dengan gejala ini :
- Fase awal dari Beurger Disease
- Reaksi alergi (keadaan yang lebih dari gatal-gatal)
- Adanya malignitas (gejala adanya penyebaran hematogen)
- Penyakit Lupus
Tanda-tanda flebitis migrans :
- timbul gejala-gejala flebitis di satu segmen vena yang menghilang sendiri dengan meninggalkan bercak hitam/ kecoklatan.
- beberapa hari timbul lagi pada daerah vena yang lain, biasanya pada ekstremitas yang sama lagi.
- dapat disertai febris atau menggigil
- LED meningkat
2. Tromboflebitis Septik
Yaitu
gejala-gejala tromboflebitis yang disertai pembentukan abces atau nanah
pada tempat radang dan penyebaran secara hematogen. Timbul
gejala-gejala sepsis : febris, menggigil dan memerlukan perawatan di
Rumah Sakit.
Dalam
menghadapu kasus seperti ini, diperlukan perawatan khusus dari berbagai
segi : pemberian infus/cairan, antibiotika dosis tinggi, kortikosteroid
dan cara-cara pengobatan sepsis lainnya.
3. Tromboflebitis vena dalam (Deep Vein Thrombophlebitis)
Yaitu kedaan flebitis dari vena-vena daerah vena femoralis, vena iliaka eksterna dan vena iliaka communis.
- Etiologi
Faktor penyebab terjadinya infeksi tromboflebitis antara lain :
a. Pasca bedah, perluasan infeksi endometrium.
b. Mempunyai varises pada vena
Pada
vena yang sebelumnya terdapat venaektasia atau varises, maka
terdapatnya turbulensi darah pada kantong-kantong vena di sekitar klep
(katup) vena merangsang terjadinya thrombosis primer tanpa disertai
reaksi radang primer, yang kemudian karena faktor lokal, daerah yang
ada trombusnya tersebut mendapat radang. Menipisnya dinding vena karena
adanya varises sebelumnya, mempercepat proses keradangan. Dalam keadaan
ini, maka dua factor utama : kelainan dinding vena dan melambatnya
aliran darah, menjadi sebab penting dari terjadinya tromboplebitis.
c. Obesitas
Bila
keadaan dehidrasi berat, koagulasi intravascular yang meluas ataupun
infeksi sistemik dapat menimbulkan rangsangan untuk pathogenesis ini.
d. Pernah mengalami tromboflebitis
e. Berusia 30 tahun lebih dan pada saat persalinan berada pada posisi stir up untuk waktu yang lama
f. Trauma
Beberapa
sebab khusus karena rangsangan langsung pada vena dapat menimbulkan
keadaan ini. Umumnya pemberian infus (di lengan atau di tungkai) dalam
jangka waktu lebih dari 2 hari pada tempat yang sama atau pemberian
obat yang iritan secara intra vena.
g. Adanya
malignitas (karsinoma), yang terjadi pada salah satu segmen vena.
Tumor-tumor intra abdominal, umumnya yang memberikan hambatan aliran
vena dari ekstremitas bawah, hingga terjadi rangsangan pada segmen vena
tungkai.
h. Memiliki insidens tinggi untuk mengalami tromboflebitis dalam keluarga. Kelainan jantung yang secara hemodinamik menyebabkan kelainan pula pada system aliran vena.
- Patofisiologi
Terjadinya thrombus :
a. Abnormalitas dinding pembuluh darah
Formasi
trombus merupakan akibat dari statis vena, gangguan koagubilitas darah
atau kerusakan pembuluh maupun endotelial. Stasis vena lazim dialami
oleh orang-orang yang imobilisasi maupun yang istirahat di tempat tidur
dengan gerakan otot yang tidak memadai untuk mendorong aliran darah.
Stasis vena juga mudah terjadi pada orang yang berdiri terlalu lama,
duduk dengan lutut dan paha ditekuk, berpakaian ketat, obesitas, tumor
maupun wanita hamil.
b. Perubahan komposisi darah (hyperkoagulabilitas)
Hyperkoagulabilitas
darah yang menyertai trauma, kelahiran dan IMA juga mempermudah
terjadinya trombosis. Infus intravena, banyak faktor telah dianggap
terlibat dalam patogenesis flebitis karena infus intravena, antara
lain:
(1) Faktor-faktor kimia seperti obat atau cairan yang iritan (flebitis kimia)
a. pH
dan osmolaritas cairan infus yang ekstrem selalu diikuti risiko
flebitis tinggi. Obat suntik yang bisa menyebabkan peradangan vena yang
hebat, antara lain kalium klorida, vancomycin, amphotrecin B,
cephalosporins, diazepam, midazolam dan banyak obat khemoterapi.
b. Mikropartikel yang terbentuk bila partikel obat tidak larut sempurna selama pencampuran.
c. Penempatan
kanula pada vena proksimal (kubiti atau lengan bawah) sangat dianjurkan
untuk larutan infus dengan osmolaritas > 500 mOsm/L. Hindarkan vena
pada punggung tangan jika mungkin, terutama pada pasien usia lanjut
d. Kateter
yang terbuat dari silikon dan poliuretan kurang bersifat iritasi
dibanding politetrafluoroetilen (teflon) karena permukaan lebih halus,
lebih thermoplastik dan lentur. Risiko tertinggi untuk flebitis
dimiliki kateter yang terbuat dari polivinil klorida atau polietilen.
(2) Faktor-faktor
mekanis seperti bahan, ukuran kateter, lokasi dan lama kanulasi.
(Kanula yang dimasukkan ada daerah lekukan sering menghasilkan flebitis
mekanis. Ukuran kanula harus dipilih sesuai dengan ukuran vena dan
difiksasi dengan baik).
(3) Agen infeksius.
Faktor-faktor yang berkontribusi terhadap flebitis bakteri meliputi:
a. Teknik pencucian tangan yang buruk
b. Kegagalan memeriksa peralatan yang rusak.
c. Pembungkus yang bocor atau robek mengundang bakteri.
d. Teknik aseptik tidak baik
e. Teknik pemasangan kanula yang buruk
f. Kanula dipasang terlalu lama
g. Tempat suntik jarang diinspeksi visual
c. Gangguan aliran darah
- Manifestasi Klinis
Penderita-penderita
umumnya mengeluh spontan terjadinya nyeri di daerah vena (nyeri yang
terlokalisasi), yang nyeri tekan, kulit di sekitarnya kemerahan (timbul
dengan cepat diatas vena) dan terasa hangat sampai panas. Juga
dinyatakan adanya oedema atau pembengkakan agak luas, nyeri bila
terjadi atau menggerakkan lengan, juga pada gerakan-gerakan otot
tertentu. Pada perabaan, selain nyeri tekan, diraba pula pengerasan
dari jalur vena tersebut, pada tempat-tempat dimana terdapat katup
vena, kadang-kadang diraba fluktuasi, sebagai tanda adanya hambatan
aliran vena dan menggembungnya vena di daerah katup. Fluktuasi ini
dapat pula terjadi karena pembentukan abses. Febris dapat terjadi pada
penderita-penderita ini, tetapi biasanya pada orang dewasa hanya
dirasakan sebagai malaise.
a. Pelvio tromboflebitis
1. Nyeri
yang terdapat pada perut bagian bawah dan atau perut bagian samping,
timbul pada hari ke-2-3 masa nifas dengan atau tanpa panas.
2. Penderita tampak sakit berat dengan gambaran karakteristik sebagai berikut:
- Menggigil
berulang kali, menggil inisial terjadi sangat berat (30-40 menit)
dengan interval hanya beberapa jam saja dan kadang-kadang 3 hari pada
waktu menggigil penderita hampir tidak panas.
- Suhu badan naik turun secara tajam (36oC menjadi 40oC) yang diikuti penurunan suhu dalam 1 jam (biasanya subfebris seperti pada endometritis).
- Penyakit dapat langsung selama 1-3 bulan.
3. Abses pada pelvis
4. Gambaran darah
- Terdapat leukositosis (meskipun setelah endotoksin menyebar ke sirkulasi, dapat segera terjadi leukopenia).
- Untuk
membuat kultur darah, darah diambil pada saat tepat sebelum mulainya
menggigil, kultur darah sangat sukar dibuat karena bakterinya adalah
anaerob.
5. Pada
periksa dalam hampir tidak diketemukan apa-apa karena yang paling
banyak terkena adalah vena ovarika; yang sukar dicapai dalam
pemeriksaan dalam.
6. Komplikasi
yang dapat terjadi antara lain pada paru- paru (infark, abses,
pneumonia), pada ginjal sinistra yang diiikuti proteinurina, hematuria,
pada persedian.
b. Tromboflebitis femoralis
1. Keadaan
umum tetap baik, suhu badan subfebris selama 7-10 hari, kemudian suhu
mendadak naik kira-kira pada hari ke-10-20 yang disertai dengan
menggigil dan nyeri sekali.
2. Pada salah satu kaki yang terkena, biasanya kaki kiri akan memberikan tanda-tanda sebagai berikut:
- Kaki sedikit dalam keadaan fleksi dan rotasi keluar serta sukar bergerak, lebih panas dibandingkan dengan kaki lainnya.
- Seluruh bagian dari salah satu vena pada kaki terasa tegang dan keras pada paha bagian atas.
- Nyeri hebat pada lipat paha dan daerah paha.
- Reflektorik akan terjadi spasmus arteria sehingga kaki menjadi bengkak, tegang, putih, nyeri, dan dingin dan pulsasi menurun.
- Edema
kadang-kadang terjadi sebelum atau sesudah nyeri dan pada umumnya
terdapat pada paha bagian atas, teatapi lebih sering dimulai dari
jari-jari kaki dan pergelangan kaki kemudian melus dari bawah ke atas.
- Nyeri pada betis, yang terjadi spontan atau dengan memijat betis atau dengan meregangkan tendo akhiles (tanda homan positif).
- Managemen / Penatalaksanaan
a. Pelvio tromboflebitis
1. Lakukan pencegahan terhadap endometritis dan tromboflebitis dengan menggunakan teknik aseptik yang baik
2. Rawat inap : penderita tirah baring untuk pemantauan gejala penyakit dan mencegah terjadinya emboli pulmonum
3. Terapi medik: pemberian antibiotika, heparin terdapat tanda-tanda atau dugaan adanya emboli pulmonum
4. Terapi
operatif : pengikatan vena kava inferior dan vena ovarika jika emboli
septik terus berlangsung sampai mencapai paru-paru; meskipun sedang
dilakukan hipernisasi, siapkan untuk menjalani pembedahan.
b. Tromboflebitis femoralis
1. Terapi medik : Pemberian analgesik dan antibiotik.
2. Anjurkan
ambulasi dini untuk meningkatkan sirkulasi pada ekstremitas bawah dan
menurunkan kemungkinan pembentukan pembekuan darah. Jauhkan tekanan
dari daerah untuk mengurangi rasa sakit dan mengurangi risiko kerusakan
lebih lanjut.
3. Tinggikan
daerah yang terkena untuk mengurangi pembengkakan. Pastikan Pasien
untuk tidak berada pada posisi litotomi dan menggantung kaki lebih dari
1 jam, dan pastikan untuk memberikan alas pada penyokong kaki guna
mencegah adanya tekanan yaang kuat pada betis.
4. Sediakan
stocking pendukung kepada Pasien pasca partum yang memiliki varises
vena untuk meningkatkan sirkulasi vena dan membantu mencegah kondisi
stasis.
5. Instruksikan
kepada Pasien untuk memakai stocking pendukung sebelum bangun pagi dan
melepaskannya 2x sehari untuk mengkaji keadaan kulit dibawahnya.
6. Anjurkan tirah baring dan mengangkat bagian kaki yang terkena.
7. Dapatkan nilai pembekuan darah perhari sebelum obat anti koagulan diberikan.
8. Berikan anti koagulan, analgesik, dan anti biotik sesuai dengan resep.
9. Berikan
alat pamanas seperti lampu. Atau kompres hangat basah sesuai instruksi,
pastikan bahwa berat dari kompres panas tersebut tidak menekan kaki
Pasien sehingga aliran darah tidak terhambat.
10. Sediakan bed cradle untuk mencegah selimut menekan kaki yang terkena.
11. Ukur
diameter kaki pada bagian paha dan betis dan kemudian bandingkan
pengukuran tersebut dalam beberapa hari kemudian untuk melihat adanya
peningkatan atau penurunan ukuran.
12. Dapatkan
laporan mengenai lokea dan timbang berat pembalut perineal untuk
mengkaji pendarahan jika Pasien dalam terapi antikoagulan.
13. Kaji
adanya kemungkinan tanda pendarahan lain, misalnya: pendarahan pada
gusi, bercak ekimosis, pada kulit atau darah yang keluar dari jahitan
episiotomi.
14. Yakinkan
Pasien bahwa heparin yang diterimanya dapat dilanjutkan pada masa
menyusui karena obat ini tidak akan berada didalam air susu.
15. Siapkan pemberian protamin sulfat sebagai antagonis heparin.
16. Jelaskan
pada Pasien mengenai pemberian heparin yang harus dilakukan melalui
terapi sub kutan Jelaskan kepada Pasien bahwa untuk kehamilan
selanjutnya ia harus memberitahukan tenaga kesehatan yang dia hadapi
untuk memastikan bahwa pencegahan trombofrebitis yang tepat telah
dilakukan.
Pola Pengobatan
Flebitis
superfisialis sering menghilang dengan sendirinya. Untuk mengurangi
nyeri bisa diberikan obat pereda nyeri (misalnya Aspirin, ibuprofen).
Untuk mempercepat penyembuhan, bisa disuntikkan anestesi (obat bius)
lokal, dilakukan pengangkatan trombus dan kemudian pemakaian perban
kompresi selama beberapa hari.
Jika
terjadi di daerah selangkangan, trombus bisa masuk ke dalam vena dalam
dan terlepas. Untuk mencegah hal ini, dianjurkan untuk melakukan
pembedahan darurat guna mengikat vena permukaan. Untuk rekomendasi
lebih spesifik, lihat kondisi tertentu. Secara umum, pengobatan dapat
mencakup sebagai berikut: Obat analgesik (nyeri obat), antikoagulan
atau pengencer darah untuk mencegah pembentukan gumpalan baru,
Trombolitik untuk melarutkan bekuan yang sudah ada, non-steroid obat
anti inflamasi (OAINS), seperti ibuprofen untuk mengurangi rasa sakit
dan peradangan, antibiotik (jika infeksi hadir).
2.2. Konsep Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian dasar data Pasien
1. Riwayat Penyakit
Riwayat
varises, hiperkoagulasi, penyakit neoplasma, penyakit kardiovaskuler,
pembedahan mayor, resiko tinggi cedera, obesitas. Riwayat duduk lama,
baik karena berhubungan dengan pekerjaan atau akibat dari pembatasan
aktivitas. Imobilitas berkenaan dengan tirah baring dan anestesia.
2. Sirkulasi
a. Varises vena.
b. Sedikit peningkatan frekuansi nadi.
c. Riwayat trombosis vena sebelumnya, masalah jantung, hemoragi, hipertensi karena kehamilan, hiperkoagulasi pada puerperium dini.
d. Nadi perifer berkurang, tanda homan positif atau mungkin tidak terlihat.
e. Ekstremitas bawah mungkin hangat dan warna kemerahan atau tungkai sakit/ nyeri tungkai, dingin, pucat, oedem.
Inspeksi
tungkai mulai dari selangkangan kaki, perhatikan perbedaan antara
keduanya. Palpasi, untuk menentukan daerah nyeri tekan dan thrombosis
menggunakan 3 atau 4 jari.
f. Sering
cek dari denyut nadi, tekanan darah, suhu (juga kenaikan suhu pada
tungkai), kulit kondisi, dan sirkulasi mungkin diperlukan.
3. Makanan/cairan
Penambahan berat badan berlebihan/kegemukan.
4. Nyeri/ketidaknyamanan
Nyeri tekan dan pada area yang sakit misalnya betis atau paha. Trombosis dapat teraba, menojol/berkeluk.
5. Keamanan
Adanya
endometritis pascapartum atau selulitis pelvis. Suhu agak meninggi,
kemajuan pada peninggian yang dapat dilihat dan menggigil.
6. Seksualitas
- Multipara.
- Persalinan
lama berkenaan dengan tekanan kepala janin pada vena – vena pelvis,
penggunaan penjejak kaki atau posisi yang salah dari ekstremitas selama
fase intrapartum atau kelahiran melalui operasi, termasuk kelahiran
sesaria.
- Wanita pemakai kontrasepsi oral.
B. Diagnosa Keperawatan
Marilynn E. Doenges dalam Rencana Asuhan Keperawatan mengemukakan beberapa Diagnosa keperawatan sebagai berikut :
1. Kerusakan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan aliran darah/ stasis vena (obstruksi vena sebagian/ penuh).
2. Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi.
3. Ketidaknyamanan
berhubungan dengan penurunan sirkulasi arteri dan oksigenasi jaringan
dengan produksi/ akumulasi asam laktat pada jaringan.
4. Kurang pengetahuan tentang kondisi dan program pengobatan berhubungan dengan kesalahan interpretasi informasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
please type your comment